Menguasai Materi PAI Kelas 11 Semester 1: Kumpulan Contoh Soal dan Pembahasan Lengkap
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kelas 11 jenjang SMA/MA pada semester 1 merupakan fase penting dalam pendalaman materi keislaman. Kurikulum pada semester ini biasanya mencakup topik-topik fundamental yang membentuk pemahaman siswa tentang ajaran Islam, sejarah, dan aplikasinya dalam kehidupan. Agar siswa dapat mempersiapkan diri dengan optimal dalam menghadapi ulangan harian, penilaian tengah semester (PTS), maupun penilaian akhir semester (PAS), penguasaan materi menjadi kunci utama.
Artikel ini hadir untuk membantu siswa Kelas 11 PAI Semester 1 dalam menguasai materi melalui penyajian kumpulan contoh soal yang bervariasi, disertai dengan pembahasan mendalam. Dengan memahami contoh soal dan cara penyelesaiannya, siswa diharapkan dapat lebih percaya diri dan siap menghadapi evaluasi pembelajaran.
Topik-Topik Utama PAI Kelas 11 Semester 1 yang Umum Dibahas:
Sebelum melangkah ke contoh soal, mari kita tinjau kembali topik-topik utama yang seringkali menjadi fokus pembelajaran PAI Kelas 11 Semester 1. Perlu diingat bahwa urutan dan cakupan materi dapat sedikit bervariasi antar kurikulum dan sekolah, namun umumnya meliputi:

-
Al-Qur’an dan Hadis sebagai Sumber Ajaran Islam:
- Memahami kedudukan Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber hukum Islam.
- Mengenal ilmu-ilmu terkait Al-Qur’an (ulumul Qur’an) dan Hadis (ulumul Hadis).
- Membaca, memahami, dan mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis terkait tema tertentu (misalnya, etika, toleransi, kejujuran).
- Mengidentifikasi makna dan kandungan surat-surat tertentu (misalnya, QS. al-Baqarah ayat 148, QS. al-Hujurat ayat 10-12, QS. an-Nisa ayat 58).
-
Akidah Akhlak:
- Mengenal dan memahami sifat-sifat Allah (Asmaul Husna) dan dampaknya dalam kehidupan.
- Memahami konsep iman kepada para rasul Allah, kitab-kitab Allah, malaikat Allah, hari akhir, dan qada’ qadar.
- Mempelajari akhlak terpuji (misalnya, jujur, amanah, adil, tawadhu’, sabar, ikhlas, husnuzan) dan akhlak tercela (misalnya, bohong, khianat, zalim, sombong, putus asa, riya’, suuzan).
- Menghubungkan antara keyakinan akidah dengan praktik akhlak sehari-hari.
-
Fikih:
- Prinsip-prinsip hukum Islam (syariat Islam) dan sumbernya.
- Hukum Islam dalam ibadah (misalnya, shalat, puasa, zakat, haji) dan muamalah (misalnya, jual beli, utang piutang, waris).
- Memahami ketentuan-ketentuan fikih kontemporer (misalnya, fikih perbankan syariah, fikih jinayat, fikih munakahat).
-
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI):
- Perkembangan Islam pada masa modern (abad ke-19 hingga sekarang).
- Tokoh-tokoh pembaharu Islam di Indonesia dan dunia.
- Peran ulama dan cendekiawan muslim dalam membangun peradaban Islam.
- Perkembangan lembaga pendidikan Islam.
Mari kita mulai dengan contoh soal yang mencakup berbagai topik tersebut.
>
Bagian 1: Soal Pilihan Ganda dan Pembahasan
A. Al-Qur’an dan Hadis
Soal 1:
Ayat Al-Qur’an yang menegaskan bahwa setiap individu akan mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya adalah QS. Al-Baqarah ayat 286. Pengamalan dari ayat ini dalam kehidupan sehari-hari adalah…
A. Berdoa agar terhindar dari segala musibah.
B. Berusaha keras dan bertanggung jawab atas setiap tindakan yang dilakukan.
C. Menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT.
D. Meminta pertolongan kepada orang lain dalam kesulitan.
E. Menghindari perbuatan dosa sekecil apapun.
Pembahasan:
QS. Al-Baqarah ayat 286 berbunyi, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan ia mendapat (siksa) dari (keburukan) yang diperbuatnya…" Ayat ini menekankan prinsip pertanggungjawaban individu atas setiap perbuatan. Pilihan B secara langsung mencerminkan prinsip ini, di mana seseorang harus berusaha dan bertanggung jawab atas hasil dari usaha dan tindakannya. Pilihan A, C, D, dan E meskipun baik, tidak secara spesifik mewakili inti dari pertanggungjawaban perbuatan sebagaimana ditegaskan dalam ayat tersebut.
Soal 2:
Salah satu ayat yang berbicara tentang pentingnya menjaga persaudaraan dan persatuan umat Islam adalah QS. Al-Hujurat ayat 10. Bunyi ayat tersebut adalah…
A. "Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain…"
B. "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya…"
C. "Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, sebab itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat."
D. "Dan janganlah kamu saling memaki dengan gelar yang buruk…"
E. "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal…"
Pembahasan:
QS. Al-Hujurat ayat 10 secara eksplisit menyatakan, "Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, sebab itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." Ayat ini adalah landasan utama dalam ajaran Islam mengenai pentingnya menjaga persaudaraan dan mendamaikan perselisihan di antara sesama mukmin. Pilihan A, B, D, dan E berasal dari surat Al-Hujurat juga, namun pada ayat yang berbeda dan membahas topik yang berbeda pula (larangan mencari kesalahan, adab bertamu, larangan saling mencaci, dan tujuan penciptaan manusia).
B. Akidah Akhlak
Soal 3:
Sikap rendah hati dan tidak sombong dalam berinteraksi dengan sesama merupakan implementasi dari sifat Allah Asmaul Husna…
A. Al-Quddus
B. Al-Malik
C. Al-Aziz
D. Al-Mutakabbir
E. Al-Kariim
Pembahasan:
Sikap rendah hati dan tidak sombong merupakan cerminan dari sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Mulia, yaitu Al-Kariim. Sifat ini mengajarkan manusia untuk tidak berlaku angkuh atau merasa lebih unggul dari orang lain, melainkan bersikap santun dan menghargai sesama.
- Al-Quddus berarti Maha Suci.
- Al-Malik berarti Maha Merajai.
- Al-Aziz berarti Maha Perkasa.
- Al-Mutakabbir adalah sifat yang hanya dimiliki Allah sebagai Yang Maha Agung dan Sombong, namun tercela bagi manusia jika meniru sifat ini.
- Al-Kariim berarti Maha Mulia/Murah Hati, yang mengimplikasikan sikap yang baik dan dermawan, termasuk dalam berinteraksi dengan sesama.
Soal 4:
Seseorang yang senantiasa mengerjakan tugas-tugasnya dengan sungguh-sungguh, ikhlas, dan penuh tanggung jawab, meskipun tidak ada yang mengawasinya, berarti telah mengamalkan akhlak terpuji…
A. Tawadhu’
B. Sabar
C. Ikhlas
D. Husnuzan
E. Amanah
Pembahasan:
Amanah adalah sifat yang mencakup segala sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik berupa barang, tugas, rahasia, maupun tanggung jawab. Seseorang yang mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh, ikhlas, dan bertanggung jawab, meskipun tanpa pengawasan, menunjukkan bahwa ia adalah orang yang amanah.
- Tawadhu’ adalah rendah hati.
- Sabar adalah menahan diri dari kesusahan.
- Ikhlas adalah memurnikan niat hanya karena Allah.
- Husnuzan adalah berprasangka baik.
C. Fikih
Soal 5:
Dalam Islam, terdapat empat sumber hukum utama. Urutan yang tepat dari sumber hukum Islam adalah…
A. Al-Qur’an, Ijma’, Al-Qur’an, Hadis
B. Hadis, Ijma’, Al-Qur’an, Qiyas
C. Al-Qur’an, Hadis, Ijma’, Qiyas
D. Ijma’, Qiyas, Al-Qur’an, Hadis
E. Al-Qur’an, Qiyas, Hadis, Ijma’
Pembahasan:
Sumber hukum Islam yang utama dan disepakati oleh mayoritas ulama adalah:
- Al-Qur’an: Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
- Hadis: Segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW.
- Ijma’: Kesepakatan para mujtahid (ulama ahli ijtihad) pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW.
- Qiyas: Analogi atau menyamakan suatu masalah baru yang belum ada hukumnya dengan masalah yang sudah ada hukumnya dalam Al-Qur’an atau Hadis berdasarkan persamaan ‘illat (sebab).
Oleh karena itu, urutan yang tepat adalah Al-Qur’an, Hadis, Ijma’, Qiyas.
D. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Soal 6:
Salah satu tokoh pembaharu Islam di Indonesia pada abad ke-20 yang mendirikan organisasi Muhammadiyah adalah…
A. KH. Abdurrahman Wahid
B. KH. Ahmad Dahlan
C. Buya Hamka
D. Sunan Kalijaga
E. Syekh Nawawi Al-Bantani
Pembahasan:
KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh sentral pendiri organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan dengan tujuan untuk memurnikan ajaran Islam dan memajukan pendidikan serta kesejahteraan umat.
- KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah Presiden keempat RI.
- Buya Hamka adalah ulama, sastrawan, dan tokoh Muhammadiyah.
- Sunan Kalijaga adalah salah satu Wali Songo.
- Syekh Nawawi Al-Bantani adalah ulama besar dari Banten yang mengajar di Mekah.
>
Bagian 2: Soal Uraian Singkat dan Pembahasan
A. Al-Qur’an dan Hadis
Soal 7:
Jelaskan makna penting dari surat Al-Hujurat ayat 12 yang melarang mencari-cari kesalahan dan menggunjing! Berikan satu contoh penerapan larangan tersebut dalam kehidupan sehari-hari!
Pembahasan:
QS. Al-Hujurat ayat 12 berbunyi, "Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Makna penting dari ayat ini adalah larangan keras untuk berprasangka buruk, mencari-cari keburukan orang lain, dan apalagi membicarakannya di belakang (menggunjing). Ini semua adalah perbuatan dosa yang merusak hubungan antar sesama, menimbulkan permusuhan, dan mengikis kepercayaan. Umat Islam diperintahkan untuk menjaga lisan dan prasangka agar tercipta lingkungan yang harmonis, saling menghormati, dan penuh kasih sayang.
Contoh Penerapan:
Seorang siswa melihat temannya membawa tas baru yang mewah. Daripada berprasangka bahwa temannya pamer atau menggunakan uang haram, ia memilih untuk tidak berprasangka buruk dan tidak membicarakan hal tersebut kepada teman-teman lain. Ia fokus pada tugas sekolahnya sendiri dan tidak mencari-cari informasi negatif tentang temannya.
B. Akidah Akhlak
Soal 8:
Apa yang dimaksud dengan husnuzan dan suuzan? Jelaskan perbedaan mendasar keduanya dan berikan contoh konkret dari masing-masing!
Pembahasan:
-
Husnuzan (Prasangka Baik): Adalah sikap mental positif yang memandang segala sesuatu dari sisi yang baik dan positif. Ini mencakup berprasangka baik kepada Allah SWT, diri sendiri, dan sesama manusia. Husnuzan kepada Allah berarti yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik, meskipun dalam kesulitan. Husnuzan kepada diri sendiri berarti optimis dan yakin mampu melakukan kebaikan. Husnuzan kepada sesama berarti memandang orang lain dengan pandangan yang positif, mencari-cari alasan baik atas tindakan mereka, dan tidak mudah menghakimi.
-
Suuzan (Prasangka Buruk): Adalah sikap mental negatif yang memandang segala sesuatu dari sisi yang buruk dan negatif. Suuzan dapat menimbulkan kecurigaan, ketidakpercayaan, kebencian, dan permusuhan. Suuzan kepada Allah dapat berupa keraguan akan kekuasaan dan rahmat-Nya. Suuzan kepada diri sendiri dapat berupa putus asa dan merasa tidak mampu. Suuzan kepada sesama berarti selalu menduga-duga keburukan, mencari-cari kesalahan, dan mudah menuduh orang lain tanpa bukti yang jelas.
Perbedaan Mendasar: Perbedaan mendasar terletak pada pandangan dan penilaian terhadap suatu hal. Husnuzan melihat dari sisi kebaikan dan optimisme, sementara suuzan melihat dari sisi keburukan dan pesimisme.
Contoh Konkret:
- Husnuzan: Seorang siswa tidak mengerjakan PR karena ia melihat gurunya sedang sibuk berbicara dengan kepala sekolah. Ia berprasangka baik bahwa guru tersebut mungkin memiliki urusan penting yang membuatnya lupa memberikan tugas, dan ia akan segera menanyakannya nanti dengan sopan.
- Suuzan: Seorang siswa tidak mengerjakan PR. Temannya melihatnya tidak mengerjakan PR, lalu ia langsung berprasangka buruk bahwa temannya malas dan tidak bertanggung jawab, tanpa mencari tahu alasan sebenarnya.
C. Fikih
Soal 9:
Jelaskan perbedaan antara ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah! Berikan masing-masing dua contoh!
Pembahasan:
-
Ibadah Mahdhah: Adalah ibadah yang tata cara pelaksanaannya telah ditentukan secara rinci oleh syariat Islam, baik dalam rukun, syarat, maupun waktu pelaksanaannya. Ibadah ini bersifat ta’abbudi (hanya bisa diikuti sebagaimana adanya tanpa diubah atau ditambah). Apabila ada perubahan dalam tata cara pelaksanaannya, maka ibadah tersebut menjadi tidak sah.
Contoh Ibadah Mahdhah:
- Shalat: Rukun, syarat, gerakan, bacaan, dan waktunya telah ditentukan.
- Puasa Ramadhan: Waktu, niat, dan tata cara pelaksanaannya telah jelas.
-
Ibadah Ghairu Mahdhah: Adalah ibadah yang tata cara pelaksanaannya tidak ditentukan secara rinci oleh syariat, melainkan lebih mengedepankan semangat dan tujuan ibadah itu sendiri. Dalam pelaksanaannya, manusia memiliki keleluasaan untuk berkreasi dan berinovasi selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Ibadah ini bersifat mu’amalah (berorientasi pada kemaslahatan duniawi yang juga bernilai ibadah).
Contoh Ibadah Ghairu Mahdhah:
- Sedekah/Infaq: Bentuk, jumlah, dan waktu sedekah bisa beragam sesuai kemampuan dan kondisi.
- Menuntut Ilmu: Cara, metode, dan pilihan bidang ilmu bisa disesuaikan, selama ilmu tersebut bermanfaat.
D. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Soal 10:
Sebutkan tiga ciri utama gerakan Islam pada masa modern di Indonesia!
Pembahasan:
Gerakan Islam pada masa modern di Indonesia memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dari masa-masa sebelumnya. Tiga ciri utama tersebut adalah:
- Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) serta Pengembalian pada Ajaran Islam yang Murni: Gerakan ini menekankan pentingnya kejujuran, keadilan, dan akuntabilitas dalam segala aspek kehidupan, baik pribadi, sosial, maupun pemerintahan. Tujuannya adalah mengembalikan Islam pada esensi ajaran yang murni tanpa dicemari oleh praktik-praktik yang menyimpang.
- Pendidikan dan Pencerahan Umat: Para tokoh pembaharu menyadari pentingnya pendidikan sebagai kunci kemajuan umat. Mereka mendirikan lembaga-lembaga pendidikan modern, menerbitkan buku dan majalah, serta menyebarkan dakwah untuk meningkatkan kualitas intelektual dan spiritual umat Islam.
- Gerakan Sosial dan Kemanusiaan: Selain fokus pada aspek spiritual dan intelektual, gerakan Islam modern juga aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. Hal ini mencakup pendirian rumah sakit, panti asuhan, bantuan untuk fakir miskin, dan berbagai program pemberdayaan masyarakat lainnya.
>
Bagian 3: Soal Uraian Esai dan Pembahasan
A. Al-Qur’an dan Hadis
Soal 11:
Analisis kandungan QS. An-Nisa’ ayat 58 tentang pentingnya mengembalikan amanah. Jelaskan mengapa amanah merupakan bagian penting dari ajaran Islam dan bagaimana penerapannya dalam konteks kehidupan modern yang penuh tantangan!
Pembahasan:
QS. An-Nisa’ ayat 58 berbunyi, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Ayat ini secara tegas memerintahkan umat Islam untuk menunaikan dan mengembalikan amanah kepada pemiliknya yang sah. Amanah dalam ayat ini memiliki makna luas, mencakup segala sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik itu berupa harta benda, jabatan, rahasia, ilmu, maupun tanggung jawab moral.
Mengapa Amanah Penting dalam Islam:
- Cerminan Keimanan: Menjaga amanah adalah salah satu bukti keimanan seseorang. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim). Menjaga amanah berarti menjaga hak orang lain, yang merupakan bagian dari mencintai sesama.
- Landasan Kepercayaan: Kepercayaan adalah pondasi utama dalam setiap hubungan, baik pribadi, sosial, maupun profesional. Dengan menunaikan amanah, seseorang membangun dan memelihara kepercayaan, yang sangat vital untuk kelangsungan interaksi dan kemajuan masyarakat.
- Menegakkan Keadilan: Ayat ini juga secara implisit menghubungkan amanah dengan keadilan. Mengembalikan amanah kepada yang berhak adalah bentuk keadilan. Demikian pula, dalam menetapkan hukum, haruslah dengan adil.
- Mencegah Kerusakan: Pelanggaran amanah dapat menimbulkan berbagai kerusakan, seperti kerugian harta, rusaknya reputasi, timbulnya fitnah, dan bahkan ketidakstabilan sosial.
Penerapan dalam Kehidupan Modern:
Kehidupan modern seringkali diwarnai dengan godaan dan tantangan yang dapat menguji integritas seseorang dalam memegang amanah.
- Di Lingkungan Pendidikan: Siswa memegang amanah untuk belajar dengan sungguh-sungguh, tidak mencontek, dan menjaga rahasia teman.
- Di Lingkungan Pekerjaan: Karyawan memegang amanah untuk bekerja sesuai tupoksi, jujur dalam laporan, dan menjaga kerahasiaan perusahaan. Pemimpin memegang amanah untuk mengelola sumber daya dengan bijak dan adil.
- Dalam Kehidupan Sosial: Menjaga janji, mengembalikan barang pinjaman, menjaga rahasia orang lain, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat adalah bentuk amanah.
- Dalam Era Digital: Dengan maraknya media sosial, menjaga amanah juga berarti tidak menyebarkan berita bohong (hoax), tidak melakukan perundungan siber, dan menghargai hak cipta.
Mengembalikan amanah dalam konteks modern berarti terus berupaya menjaga integritas, kejujuran, dan tanggung jawab dalam setiap aspek kehidupan, meskipun dihadapkan pada kemudahan-kemudahan yang bisa mengarah pada pelanggaran amanah.
B. Akidah Akhlak
Soal 12:
Jelaskan konsep iman kepada qada’ dan qadar (takdir) Allah SWT. Mengapa pemahaman yang benar tentang takdir penting bagi seorang mukmin? Berikan contoh bagaimana sikap seorang mukmin dalam menghadapi musibah berdasarkan pemahaman takdir!
Pembahasan:
Iman kepada qada’ dan qadar (takdir) Allah SWT merupakan salah satu rukun iman yang keenam. Qada’ adalah ketetapan Allah atas segala sesuatu yang terjadi, sedangkan qadar adalah perwujudan dari ketetapan tersebut dalam bentuk kejadian. Dengan kata lain, iman kepada takdir berarti meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, baik yang baik maupun yang buruk, adalah atas kehendak dan ketetapan Allah SWT. Ini mencakup iman kepada empat tingkatan takdir:
- Ilmu Allah: Allah Maha Mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi.
- Kutub (Pencatatan): Segala sesuatu telah dicatat oleh Allah di Lauhul Mahfuzh.
- Masya’ah (Kehendak): Segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah.
- Khalq (Penciptaan): Segala sesuatu adalah ciptaan Allah.
Pentingnya Pemahaman yang Benar tentang Takdir:
- Menumbuhkan Ketenangan Hati: Dengan memahami bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah, seorang mukmin akan lebih tenang dalam menghadapi cobaan dan musibah. Ia tidak akan mudah putus asa atau menyalahkan pihak lain secara berlebihan.
- Mendorong Ikhtiar dan Tawakal: Iman kepada takdir tidak berarti pasrah tanpa usaha. Sebaliknya, pemahaman yang benar justru mendorong seorang mukmin untuk terus berikhtiar (berusaha) semaksimal mungkin, seraya bertawakal (menyerahkan hasilnya kepada Allah). Karena usaha itu sendiri adalah bagian dari takdir yang diperintahkan Allah.
- Menghindari Kesombongan: Ketika meraih kesuksesan, seorang mukmin tidak akan sombong karena ia sadar bahwa keberhasilan itu adalah karunia dan kehendak Allah.
- Menerima Ketentuan Allah: Seorang mukmin yang beriman pada takdir akan senantiasa ridha (menerima) dengan segala ketetapan Allah, baik yang disukai maupun tidak disukai, karena ia meyakini di balik setiap ketetapan ada hikmah yang tersembunyi.
Sikap Mukmin dalam Menghadapi Musibah:
Ketika seorang mukmin ditimpa musibah (misalnya, kehilangan harta, sakit, atau ditinggal orang terkasih), sikapnya akan mencerminkan pemahaman takdir yang benar:
- Bersabar (Shabr): Ia tidak akan meratapi musibah secara berlebihan atau mengeluh. Ia akan menahan diri dari perbuatan yang dilarang Allah saat tertimpa musibah.
- Berdoa: Ia akan memohon pertolongan dan kekuatan kepada Allah agar dipermudah dalam menghadapi cobaan.
- Mencari Hikmah: Ia akan berusaha merenungi dan mencari hikmah di balik musibah tersebut. Ia yakin bahwa setiap kesulitan pasti mengandung pelajaran berharga.
- Tidak Menyalahkan Takdir: Ia tidak akan menyalahkan Allah atas musibah yang menimpanya, melainkan akan senantiasa berhusnuzan kepada Allah. Ia tahu bahwa Allah tidak menzalimi hamba-Nya.
- Terus Berikhtiar untuk Perbaikan: Jika musibah terkait dengan suatu kondisi yang bisa diperbaiki, ia akan berusaha untuk memperbaikinya sembari tetap bertawakal.
C. Fikih
Soal 13:
Dalam muamalah, terdapat prinsip kebebasan berkontrak dan keharusan memenuhi isi kontrak. Jelaskan prinsip ini berdasarkan ajaran Islam dan bagaimana relevansinya dengan transaksi perbankan syariah!
Pembahasan:
Dalam fikih muamalah, terdapat prinsip-prinsip dasar yang mengatur hubungan antar manusia dalam urusan harta dan usaha. Dua prinsip yang sangat fundamental adalah:
- Kebebasan Berkontrak (Hurriyyatul ‘Aqd): Prinsip ini menegaskan bahwa setiap individu yang cakap hukum (baligh, berakal, dan tidak dalam paksaan) memiliki kebebasan untuk membuat perjanjian atau kontrak dengan pihak lain. Mereka bebas memilih jenis kontrak, objek kontrak, dan menyepakati syarat-syaratnya, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Kebebasan ini mencakup kebebasan untuk melakukan akad jual beli, sewa menyewa, kerjasama, dan berbagai bentuk muamalah lainnya.
- Keharusan Memenuhi Isi Kontrak (Al-‘Uqud Syar’iyyah La Zam): Prinsip ini menyatakan bahwa setiap perjanjian yang sah menurut syariat Islam adalah mengikat bagi para pihak yang membuatnya. Artinya, apa pun yang telah disepakati dalam kontrak harus dilaksanakan dan dipatuhi. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ma’idah ayat 1, "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad (perjanjian-perjanjian)…" Ayat ini menegaskan kewajiban untuk menepati janji dan perjanjian.
Relevansi dengan Transaksi Perbankan Syariah:
Perbankan syariah dibangun di atas prinsip-prinsip muamalah yang sesuai dengan syariat Islam. Prinsip kebebasan berkontrak dan keharusan memenuhi isi kontrak sangat relevan dalam transaksi perbankan syariah:
- Kebebasan Berkontrak: Nasabah dan bank syariah memiliki kebebasan untuk memilih jenis akad yang sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti akad mudharabah (bagi hasil), musyarakah (kemitraan), murabahah (jual beli dengan margin keuntungan), ijarah (sewa), dan lain-lain. Kedua belah pihak bebas menyepakati persyaratan-persyaratan dalam akad tersebut, seperti nisbah bagi hasil, margin keuntungan, jangka waktu, dan tata cara pembayaran.
- Keharusan Memenuhi Isi Kontrak: Setelah akad disepakati, bank dan nasabah wajib mematuhi seluruh isi akad. Bank berkewajiban menyalurkan dana sesuai akad, memberikan hak bagi hasil sesuai kesepakatan, dan nasabah berkewajiban mengembalikan dana pokok beserta keuntungan atau bagi hasil sesuai jadwal. Pelanggaran terhadap isi akad dapat menimbulkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti denda pada akad murabahah jika nasabah lalai membayar.
Dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip ini, perbankan syariah berupaya mewujudkan transaksi yang adil, transparan, dan bebas dari unsur riba, spekulasi berlebihan (gharar), dan ketidakjelasan yang dilarang dalam Islam.
D. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Soal 14:
Bandingkan pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari dalam konteks pembaharuan Islam di Indonesia. Sebutkan persamaan dan perbedaan utama mereka!
Pembahasan:
KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari adalah dua tokoh sentral dalam pembaharuan Islam di Indonesia yang memiliki peran sangat besar dalam membentuk corak keislaman di tanah air. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama untuk memajukan umat Islam, pemikiran dan pendekatan mereka memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaan:
- Semangat Pembaharuan: Keduanya memiliki semangat yang kuat untuk memurnikan ajaran Islam dari praktik-praktik yang dianggap menyimpang (khurafat, bid’ah, tahayul) dan mengembalikan umat kepada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah yang murni.
- Fokus pada Pendidikan: Baik KH. Ahmad Dahlan maupun KH. Hasyim Asy’ari sangat menekankan pentingnya pendidikan sebagai sarana utama untuk mencerdaskan umat. Keduanya mendirikan lembaga pendidikan yang menjadi pelopor dalam sistem pendidikan Islam modern.
- Kepedulian Terhadap Kesejahteraan Umat: Keduanya tidak hanya fokus pada aspek spiritual dan intelektual, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap kesejahteraan umat Islam.
- Penggunaan Bahasa Melayu/Indonesia dalam Dakwah: Keduanya mulai menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas dalam dakwah dan pengajaran mereka, sebagai ganti dari bahasa Arab yang hanya dikuasai segelintir orang.
Perbedaan Utama:
-
Pendekatan dan Organisasi:
- KH. Ahmad Dahlan: Cenderung menggunakan pendekatan yang lebih struktural dan modern. Ia mendirikan Muhammadiyah yang berorientasi pada pembaharuan pemikiran Islam, pendidikan modern, dan gerakan sosial-kemanusiaan yang terorganisir dengan baik. Gerakannya lebih menekankan aspek tajdid (pembaharuan) dalam segala aspek kehidupan.
- KH. Hasyim Asy’ari: Lebih menekankan pada pelestarian tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah yang sudah mapan di masyarakat, sambil tetap berupaya memurnikan ajaran dari praktik-praktik yang tidak sesuai. Ia mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) yang bertujuan menjaga kemurnian ajaran Islam aswaja dan menjadi benteng pertahanan terhadap paham-paham yang dianggap menyimpang.
-
Fokus Pembaharuan:
- KH. Ahmad Dahlan: Lebih menonjol dalam pembaharuan di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi dengan model yang lebih rasional dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
- KH. Hasyim Asy’ari: Lebih fokus pada penjagaan akidah dan praktik ibadah sesuai dengan manhaj aswaja, serta mendirikan pondok pesantren yang menjadi pusat pendidikan tradisional yang kuat.
-
Sikap terhadap Tradisi:
- KH. Ahmad Dahlan: Terkadang memiliki sikap yang lebih kritis terhadap beberapa praktik tradisi yang dianggap tidak memiliki dasar kuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
- KH. Hasyim Asy’ari: Cenderung lebih moderat dan berhati-hati dalam mengubah tradisi, selama tradisi tersebut tidak bertentangan secara langsung dengan ajaran pokok Islam. Ia lebih mengedepankan musyawarah dan ijtihad kolektif.
Meskipun berbeda dalam pendekatan dan fokus, kedua tokoh ini telah memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi kemajuan umat Islam di Indonesia. Keduanya telah membuka jalan bagi perkembangan pemikiran dan praktik keislaman yang lebih dinamis dan relevan.
>
Penutup
Kumpulan contoh soal dan pembahasan ini diharapkan dapat menjadi panduan berharga bagi siswa Kelas 11 PAI Semester 1 dalam mempersiapkan diri menghadapi berbagai evaluasi pembelajaran. Dengan memahami konsep-konsep dasar, menganalisis soal, dan berlatih secara konsisten, siswa akan mampu menguasai materi PAI dengan baik. Ingatlah bahwa belajar agama bukan hanya tentang menghafal, tetapi juga tentang memahami, mengamalkan, dan menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup. Selamat belajar dan semoga sukses!
>

Tinggalkan Balasan